Ditulis oleh: *********
SUARANUNUSAKU.COM | Ambon, 13 September 2025 – Maningkamu, ikatan sakral yang menjadi simbol persaudaraan masyarakat hukum adat Hatuhaha (Hulaliu, Pelauw, Kailolo, Kabauw, dan Rohomoni), kini tercoreng oleh peristiwa kekerasan antarwarga. Nilai luhur yang mestinya menjadi perekat kekerabatan itu justru terputus akibat rangkaian tindakan brutal yang melibatkan warga Kabauw.
Peristiwa bermula dari kasus penganiayaan dua remaja asal Desa Kailolo di Desa Kabauw pada Selasa, 1 April 2025. Hingga kini, sebagian pelaku masih bebas berkeliaran di Kabauw. Bahkan, salah satu korban mengalami cacat fisik akibat penganiayaan tersebut. Situasi ini menyulut amarah warga Kailolo dan melanggengkan dendam.
Ironisnya, alih-alih menyelesaikan masalah, warga Kabauw justru membangun narasi seakan-akan mereka adalah pihak yang paling benar. Belum tuntas perkara lama, muncul lagi insiden pada Selasa, 9 September 2025, yang kembali memanas.
Kronologi mencatat, sekitar pukul 09.00 WIT, salah satu warga Kabauw yang merupakan terduga pelaku penganiayaan sebelumnya dikeroyok orang tak dikenal di pinggiran Desa Kailolo. Dengan kepala penuh luka, ia melarikan diri ke Desa Kabauw. Tak lama berselang, puluhan pemuda dan orang dewasa Kabauw bergerak menuju Desa Kailolo sambil membawa senjata tajam hingga senjata api rakitan.
Dalam perjalanan, mereka bahkan sempat menampar dua perempuan paruh baya asal Kailolo. Teriakan ancaman dari kelompok Kabauw pun menimbulkan kepanikan, termasuk di SMP Negeri 26 Malteng yang berjarak sekitar 300 meter dari Desa Kabauw. Sekolah tersebut menjadi tempat belajar anak-anak asal Kailolo.
Orang tua Kailolo yang mendengar kabar itu segera berlari ke sekolah demi melindungi anak-anak mereka. Namun, sebelum tiba, mereka dihadang pemuda Kabauw bersenjata. Dengan peralatan seadanya—kayu, pisau dapur, hingga alat pertanian—para orang tua Kailolo berusaha bertahan. Beruntung, massa dari Desa Kailolo segera berdatangan, hingga akhirnya berhasil memukul mundur kelompok Kabauw dan mengevakuasi anak-anak dengan selamat.
Ketegangan meningkat setelah pemuda Kabauw melempar dua bom rakitan yang melukai beberapa warga Kailolo, serta menembakkan senjata api rakitan ke arah massa. Fakta ini jelas memperlihatkan siapa yang menggunakan kekerasan berbahaya dalam konflik tersebut.
Namun, pasca insiden, narasi yang berkembang justru menyudutkan warga Kailolo. Mereka diframing seolah sebagai biang kerusuhan, padahal korban luka akibat bom rakitan seluruhnya berasal dari pihak Kailolo.
Peristiwa ini menyisakan pertanyaan besar: siapa sesungguhnya yang merusak maningkamu, ikatan suci persaudaraan Hatuhaha? Fakta lapangan menunjukkan, warga Kabauw yang bersenjata dan melakukan penyerangan, sementara warga Kailolo hanya berusaha bertahan demi keselamatan anak-anak dan keluarga mereka. (SN-096)
Sorry, we couldn't find any posts. Please try a different search.
SUARANUNUSAKU.COM | Ambon, 02 Oktober 2025 – Presiden Mahasiswa Universitas…
SUARANUNUSAKU.COM | Ambon, 02 Oktober 2025 – Publik Maluku kembali…
SUARANUNUSAKU.COM | Ambon, 02 Oktober 2025 – Komisi III DPRD…